weebly.com - Selama masa periode kerajaan Islam ada beberapa Sultanah yang memimpin Nusantara. Sultanah merupakan sebutan untuk kerajaan yang dipimpin oleh perempuan. Para wanita tangguh ini dalam pemerintahannya terkubur dalam buku sejarah Indonesia, nama mereka jarang disebut, apalagi pada buku sekolah, hal ini menjadi kabur padahal pada masa pemerintahan para wanita tangguh ini, kerajaan adil sentosa dan bahkan membawa kejayaan. Para sultanah ini memimpin selayaknya para sultan, mereka begitu tegas namun juga membawa sifat keibuan dalam masa pemerintahaanya, tanpa peran mereka, sejarah Indonesia tidak akan berwarna, berikut ini daftar sultanah yang pernah memimpin Nusantara.
Sultanah Yang Memimpin Nusantara Selama Periode Kerajaan Islam 1. Nahrasiyah Dari semua nama pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai, Nahrasiyah merupakan satu-satunya dan yang pertama menjadi sultanah. Ia mendapat gelar sebagai Malikah Muazzamah atau Ratu Dipertuankan Agung dan Ra-Baghsa Khadiyu atau Penguasa Yang Pemurah, gelar ini ditemukan pada batu nisannya. Saat masa pemerintahannya, Kerajaan Samudera Pasai berada di titik kejayaanya, selama 23 tahun memimpin yaitu tahun 1405 hingga 1428, Nahrasiyah membawa emansipasi, selain untuk kaum pria juga para wanita juga turut ikut serta dalam penyebaran agama islam. Sayangnya info tentang sultanah ini banyak yang tidak diketahui, Nahrasiyah sendiri wafat pada 17 Zulhijah 832 atau pada 27 September 1428. 2. Naqiatuddin Sultanah yang memimpin Nusantara selanjutnya yaitu Naqiatuddin yang memiliki gelar Sri Ratu Naqiatuddin Nurul Alam yang memerintah Kerajaan Aceh selama 3 tahun yang dimulai pada tahun 1675 sampai tahun 1678. Pada masa pemerintahannya, ia membagikan otonomi daerah yang kini dipakai oleh Provinsi Aceh, otonomi yang digerakkan oleh Sultanah Naqiatuddin dikenal sebagai Tiga Sagi yang membagi Aceh menjadi tiga federasi. Namun pemerintahan Naqiatuddin tersebut terdapat gejolak politik, ada cukup banyak masalah internal dan eksternal yang menghantam pada masa pemerintahannya, khususnya kaum oposisi wujudiyah yang kurang senang dengan pemerintahan wanita, namun Naqituddin membuktikan kalau ia mampu mengatasinya dengan baik. Salah satu kebijakannya yang paling dikenal yaitu menyempurnakan undang-undang kerajaan yang banyak digunakan pada kerajaan Islam yang ada di Asia Tenggara. 3. Safiatuddin Sebelum menjadi sultanah, ada pro dan kontra pada pemilihan Safiatuddin sebagai sultanah, sebelum menjadi sultanah sang suami yang bernama Sultan Iskandar Tsani memimpin Kerajaan Aceh. Kemudian setelah sang suami meninggal dunia, ada perdebatan pemilihan sultan selanjutnya dan mereka tidak memiliki putra untuk meneruskan tahta kerajaan, Iskandar Tsani sendiri merupakan menantu dari Sultan Iskandar Muda. Karena tidak adanya pengganti sultan, maka Safiatudding lah sebagai putri sulung dari Sultan Iskandar Muda yang melanjutkan tahta suaminya dan ia adalah sultanah pertama dari kerajaanya, ia memiliki gelar Sri Ratu Safiatudding Tajul Alam. Dalam masa pimpinannya, Sultanah Safiatuddin lebih memilih dengan cara diplomasi, sikap dari sultanah ini banyak disukai oleh rakyatnya dan para asing yang bekerja sama dengannya, di bandingkan dengan ayahnya, masa pemerintahan Sultanah Safiatuddin lebih lama yaitu 34 tahun yang di mulai pada tahun 1641 sampai 1675. 4. Zainatuddin Kamalat Syah Sultanah yang memimpin Nusantara selanjutnya yaitu Zainatuddin Kamalat Syah, ada dua versi mengenai asal keturunan sultanah ini meskipun ia merupakan keturunan kesultanan. Pertama ia merupakan anak dari adik angkat Zaqiatuddin Inayat Syah dan satunya merupakan anak angkat dari sultanah Safiatuddin, saat Zainatuddin memerintah ada dua kubu yang membuat pemerintahannya menjadi goyah, yang pertama dari keinginan kembali memiliki sultan sedangkan yang satunya mempertahankan tahtanya karena kemelut itu. Kemudian di bulan Oktober 1699 Zainatuddin Kamalat Syah terpaksa turun tahta, selanjutnya tahta pemerintahannya diganti oleh suaminya yang bernama Sayid Ibrahim yang mendapat gelar sebagai Sultan Badrul Alam. 5. Zaqiatuddin Inayat Syah Sultanah selanjutnya yaitu Zaqiatuddin Inayat Syah, untuk informasi mengenai sultanah yang satu ini tidak banyak diketahui. Ia memerintahkan Kerajaan Aceh setelah sultanah Naqiatuddin meninggal dunia pada tahun 1678 hingga kematiannya pada tanggal 3 Oktober 1688, sultanah ini digambarkan sebagai seorang wanita yang tegap dan lantang. Pada masa pemerintahannya, sultanah pernah memerintahkan Teungku Syiah Kuala untuk menerjemahkan Hadits Arba’in karya Imam Nanawi. Comments are closed.
|